Si Kecil bertanya tentang Seks dan Reproduksi
Allah SWT menciptakan semua anak dengan fitrah dan memberikan mereka dengan alat belajar yang akan berfungsi segera setelah mereka lahir. Alat indera yang kemudian digunakan untuk belajar. Saat si Kecil mulai menggunakan lisannya untuk belajar, saat itulah si Kecil akan banyak bertanya.
Terkadang mungkin si Kecil akan bertanya tentang pertanyaan yang begitu dengan mudahnya kita jawab, namun terkadang juga si Kecil akan memberikan kepada kita dengan pertanyaan yang sulit untuk ita jawab. Sebuah bukti yang menunjukkan kebesaran Allah SWT dalam mengaruniai setiap anak dengan dorongan untuk ingin tahu. Dorongan yang bila kita tanggapi dengan baik untuk tahu maka akan berkembang menjadi minat untuk belajar dan membaca.
Orang tua mana yang tidak suka jika si Kecil rajin belajar? Yang tentu saja syarat guru pertamanya kita sebagai Ayah dan Bundanya. Sebagai Ayah dan Bundanya yang perlu mempersiapkan diri untuk tidak saja mendidik dan mengajar tetapi juga untuk belajar bersama. Ya belajar bersama. Peran Ayah Bunda disini bukan hanya semata-mata untuk meneriaki anak untuk mengerjakan pe-er Bahasa Inggrisnya ataupun mengetes hafalan do’a – do’anya tetapi sungguh-sungguh menemani si Kecil memulai start belajarnya.
Sebagai Ayah dan Bunda kita juga mesti cukup rendah hati untuk menyadari bahwa tidak ada orangtua yang tahu tentang semua hal dan berani pula untuk mengaku kepad si Kecil bahwa memang sebenarnya Ayah dan Bundanya itu tidak tahu. Bagi Ayah dan Bunda hindari membohongi si Kecil untuk menutupi ketidak tahuan kita, apalagi dengan mencerca si Kecil dan menyuruhnya untuk tutup mulut. Sebaikya katakan “Bunda tidak tahu, Nanti kita cari buku untuk dibaca bersama ya sayang.”
Masyarakat Indonesia sering menganggap bahwa anak yang baik adalah anak yang manis dan penurut dan tidak banyak ngomong. Padahal anak yang banyak bertanya justru memiliki semangat belajar yang besar. Si Kecil yang bertanya bertubi-tubi kepada kita itu bukan beban buat kita. Si Kecil tidak sedang mengetes Ayah dan Bundanya seperti Bapak dan Ibu Guru yang mengetes kita. Si Kecil banyak bertanya berarti menambah kesempatan buat berpetualang belajar bersama.
Keterbukaan dan kejujuran harus dimiliki oleh oarang tua. Ketika Si Kecil bertanya tentang seks dan reproduksi jawablah pertanyaan tersebut dan bangunlah kepercayaan diri kita untuk mmenjadi nara sumber utama tentang nilai-nilai dan pengetahuan itu. Jangan tunda untuk menjawabnya. Menjawab pertanyaan si Kecil dengan menanti hingga usia anak remaja maka kemungkinan anak sudah membentuk sistem nilainya sendiri berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang mungkin terkadang belum bisa bisa untuk dipertanggungjawabkan.
Beberapa prinsip penting tentang cara bicara dengan anak yaitu :
1. Mulailah selalu dengan do’a agar Allah menuntun lisan kita dan menurunkan ilham untuk memberi jawaban yang bukan hanya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah namun juga yang lebih penting adalah secara aqidah. Yang harus diusahakan adalah apapun yang keluar dari lisan kita tidak menjadikan si Kecil anak yang semakin jauh dari Allah SWT.
Misalnya, si Kecil bertanya “Apa sih pelet?” Kita tentu tidak akan mengatakan “Oh... Itu ilmu hitam untuk bikin perempuan suka sama laki-laki.” Bukan?? Kita bisa mengatakan kepada si Kecil “Setahu Bunda, pelet itu suatu cara yang dimurkai Allah untuk mempengaruhi perasaan seseorang. Bunda tidak tahu banyak, Nanti kita sama-sama tanya Ustadz ya sayang.”
2. Bila tidak sempat dengan do’a yang panjang, ucapkan saja bismillah dan pasrahkan lisan kita kepada Allah.
3. Kuasai materi pembicaraan semaksimal mungkin. Kita tidak harus jadi pakar, tetapi tunjukkan kepada si Kecil bahwa Ayah dan Bundanya tahu tentang apa yang dibicarakan. Jadi, sebelum bicara dengan si Kecil tentang seks, sebaiknya orang tua membaca lebih dahulu.
4. Bersikap Amanah. Bila kita tidak tahu, katakanlah dengan jujur kepada si Kecil bahwa kita belum tahu. Anak juga perlu belajar bahwa Ayah dan Bundanya memang bisa dipercaya.
5. Seperlunya saja. Langsung berikan inti pembicaraan kepada si Kecil. Dengan demikian, kosentrasi dan daya tampung anak menagkap pembicaraan dapat maksimal.
6. Bicara dengan jelas. Gunakan bahasa dan kalimat sederhana yang disesuaikan dengan usia si kecil.
7. Hormatilah pandangan anak. Tanyakan pendapat kepada si Kecil. Dengarkan penjelasannya sampai selesai. Hanya karena dia jauh lebih kecil tidak berarti kita harus menuntutnya agar sama 100% dengan kita.
8. Ciptakan Kehangatan komunikasi dengan si Kecil pada berbagai kesempatan. Mengobrol ringan, membaca buku, bergurau dan main tebakan adalah sarana komunikasi terbaik dengan si Kecil agar biasa terbuka dan tidak takut membuka diri kepada orang tuanya.
Prinsip-prinsip berbicara dengan si Kecil dengan kejujuran dan amanah diperlukan setiap saat. Namun, harus diakui juga bahwa diperlukan persiapan khusus mengajak si Kecil berbicara tentang seks karena bukan merupakan topik yang ringan.
Beberapa tips yang dapat membantu Ayah Bunda, antara lain :
1. Tetap memulai pembicaraan dengan bismillah.
2. Sebelum berbicara, penting bagi Ayah Bunda untuk mengenal betul diri dan nilai-nilai yang Ayah Bunda pegang. Misalnya si Kecil bertanya “Darimana datangnya bayi, Bun?” Ayah Bunda dengan mudah mampu menjawab tetapi jangan dilupakan bahwa selama percakapan dengan si kecil, Ayah Bunda juga menyampaikan dengan tuntutan Islam dan ketaatan kepada Allah SWT. Sehingga si Kecil memahami bahwa anak adalah karunia Allah yang harus diminta dalam sebuah lembaga suci bernama pernikahan.
3. Ayah Bunda merasa canggung dan tidak enak berbicara tentang seks dengan si Kecil? Anak akan segera menyadari hal ini dan bukan tidak mungkin juga menyerap dan meniru kecanggungan Ayah Bundanya. Karena itu jauh lebih baik mengakui kepada si Kecil dan katakan “Sebenarnya Ayah Bunda agak canggung bicara tentang hal ini karena menyangkut masalah aurat yang biasa kita tutupi dan tidak dibicarakan secara terbuka. Tetapi Ayah Bunda ingin tetap bicara denganmu karena kamu perlu belajar dan Ayah Bunda juga perlu belajar.”
4. Ada orang yang merasa tidak yakin mereka perlu berbicara dengan si Kecil tentang seks karena belum waktunya ah. Sebenarnya, secara sederhana saja, kalau anak sudah bertanya maka itu artinya anak sudah siap menerima jawaban. Yang paling penting berikan informasi sesederhana dan secukupnya, namun tunjukkan kepada anak kesediaan Anda untuk menjawab semua pertanyaan sampai rasa ingin tahunya terpuaskan.
5. Tidak usah khawatir bahwa kalau anak berusia 4 tahun bertanya tentang seks maka dia akan tergoda “mencoba-coba.” Sebenarnya anak yang yang merasa harus menyembunyikan keingintahuannya yang justru lalu sembunyi-sembunyi bereksperimen dan “main dokter-dokteran.” Keterbukaan Ayah Bunda akan mengundang si Kecil juga untuk terbuka.
6. Gunakan istilah-istilah yang tepat. Ayah Bunda mengajar si Kecil mengenali berbagai bagian tubuh seperti telinga, mata dan hidung dengan nama yang sesungguhnya, maka lakukan juga saat mengajaknya berbicara tentang tubuh manusia dan seksualitas serta reproduksi. Katakan “penis” buka “burung” atau “titit.” Sebut “vagina” jangan itunya adik. Katakan “payudara” bukan “nenen.” Semua ini membantu anak memahami bahwa meski memang itu semua aurat tapi bukanlah misteri yang tak boleh dikenali dan dipelajari.
7. Jangan tertawakan anak. Ayah Bunda mungkin merasa canggung dan salah tingkah sehingga sulit menahan tawa atau memang kita menganggapnya lucu. Namun tawa kita bisa menyebabkan anak merasa direndahkan dan menjadi enggan berbicara. Kalaupun tawa kita tersembur, jujurlah dan katakan pada si Kecil bahwa kita tidak bisa menahan tawa karena merasa canggung dan tidak biasa berbicara terbuka tentang aurat kita. Mini, misalnya pernah bertanya “Bun, kapan aku bisa beli beha menyusui?” di depan banyak orang di sebuah toko besar. Si pramuniaga dan pembeli lainnya tertawa geli, tetapi kita menahan diri dan mengatakan pada si Keci agar bersabar beberapa tahun lagi sampai dia dewasa., tumbuh payudara, kemudian menikah dan melahirkan anak sehingga bisa memakai beha khusus untuk orang menyusui.
8. Percakapan dengan anak pra-sekolah.
“Darimana datangnya bayi?”
“Bayi tumbuh besar di dalam rahim Bunda mereka sampai siap dilahirkan.”
“Di sebelah mana perutnya Bunda?”
“Ada tempat khusus, namanya rahim atau uterus.”
“Kok bisa masuk situ?”
“Ada sperma yang sangat kecil yang berasal dari tubuh seorang Ayah masuk ke dalam tubuh Bunda dan bertemu dengan sebuah telur kecil sekali disana. Lalu sperma dan telur kecil ini bergabung dan menjadikan seorang bayi kecil. Kalau nanti sudah agak besar, bayinya lahir.”
9. Percakapan dengan anak usia sekolah.
“Bagaimana caranya bayi keluar?”
“Lewat sebuah bukaan khusus diantara kedua kaki Bunda. Namanya vagina. Biasanya kepala bayi lebih dulu keluar.”
10. Jangan menunda-nunda, biasakan menjawab segera. Jangan hanya menunggu kita sendiri untuk siap menyal menjawab. Bisa jadi saat kita siap untuk menjawab tapisi Kecil sudah tidak berminat atau sudah mendapat informasi-informasi yang mungkin keliru dari sumber lain.
11. Bersiaplah, mungkin Ayah Bunda harus sering mengulang-ulang penjelasan Anda. Anak mempelajari seksualitas secara perlahan dan bertahap sampai mereka cukup matang untuk mengolah potongan demi potongan pengetahuan yang diperolehnya dari Ayah Bundaya. Ikutlah berkembang bersama si Kecil. Pendidikan mengenai seksualitas dan reproduksi adalah proses belajar yang panjang, karena tidak bisa dipisahkan dari pendidikan keimanan.
12. Kuasai pula sumber-sumber informasi yang diperoleh si Kecil sehingga kita mampu memberikan penegetahuan yang unggul dan berkualitas. Tidak sedikit anak yang memperoleh potongan-potongan informmasi tentang seksualitas dari televisi, misalnya kemudian membentuk konsep yang keliru. Pelajari apa yang anak-anak peroleh daari sumber-sumber seperti iitu, lalu siapkan informasi yang jauh lebih bermutu untuk disampaikan kepada si Kecil.
Dikutip dan disadur dari majalah Alia
Terkadang mungkin si Kecil akan bertanya tentang pertanyaan yang begitu dengan mudahnya kita jawab, namun terkadang juga si Kecil akan memberikan kepada kita dengan pertanyaan yang sulit untuk ita jawab. Sebuah bukti yang menunjukkan kebesaran Allah SWT dalam mengaruniai setiap anak dengan dorongan untuk ingin tahu. Dorongan yang bila kita tanggapi dengan baik untuk tahu maka akan berkembang menjadi minat untuk belajar dan membaca.
Orang tua mana yang tidak suka jika si Kecil rajin belajar? Yang tentu saja syarat guru pertamanya kita sebagai Ayah dan Bundanya. Sebagai Ayah dan Bundanya yang perlu mempersiapkan diri untuk tidak saja mendidik dan mengajar tetapi juga untuk belajar bersama. Ya belajar bersama. Peran Ayah Bunda disini bukan hanya semata-mata untuk meneriaki anak untuk mengerjakan pe-er Bahasa Inggrisnya ataupun mengetes hafalan do’a – do’anya tetapi sungguh-sungguh menemani si Kecil memulai start belajarnya.
Sebagai Ayah dan Bunda kita juga mesti cukup rendah hati untuk menyadari bahwa tidak ada orangtua yang tahu tentang semua hal dan berani pula untuk mengaku kepad si Kecil bahwa memang sebenarnya Ayah dan Bundanya itu tidak tahu. Bagi Ayah dan Bunda hindari membohongi si Kecil untuk menutupi ketidak tahuan kita, apalagi dengan mencerca si Kecil dan menyuruhnya untuk tutup mulut. Sebaikya katakan “Bunda tidak tahu, Nanti kita cari buku untuk dibaca bersama ya sayang.”
Masyarakat Indonesia sering menganggap bahwa anak yang baik adalah anak yang manis dan penurut dan tidak banyak ngomong. Padahal anak yang banyak bertanya justru memiliki semangat belajar yang besar. Si Kecil yang bertanya bertubi-tubi kepada kita itu bukan beban buat kita. Si Kecil tidak sedang mengetes Ayah dan Bundanya seperti Bapak dan Ibu Guru yang mengetes kita. Si Kecil banyak bertanya berarti menambah kesempatan buat berpetualang belajar bersama.
Keterbukaan dan kejujuran harus dimiliki oleh oarang tua. Ketika Si Kecil bertanya tentang seks dan reproduksi jawablah pertanyaan tersebut dan bangunlah kepercayaan diri kita untuk mmenjadi nara sumber utama tentang nilai-nilai dan pengetahuan itu. Jangan tunda untuk menjawabnya. Menjawab pertanyaan si Kecil dengan menanti hingga usia anak remaja maka kemungkinan anak sudah membentuk sistem nilainya sendiri berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang mungkin terkadang belum bisa bisa untuk dipertanggungjawabkan.
Beberapa prinsip penting tentang cara bicara dengan anak yaitu :
1. Mulailah selalu dengan do’a agar Allah menuntun lisan kita dan menurunkan ilham untuk memberi jawaban yang bukan hanya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah namun juga yang lebih penting adalah secara aqidah. Yang harus diusahakan adalah apapun yang keluar dari lisan kita tidak menjadikan si Kecil anak yang semakin jauh dari Allah SWT.
Misalnya, si Kecil bertanya “Apa sih pelet?” Kita tentu tidak akan mengatakan “Oh... Itu ilmu hitam untuk bikin perempuan suka sama laki-laki.” Bukan?? Kita bisa mengatakan kepada si Kecil “Setahu Bunda, pelet itu suatu cara yang dimurkai Allah untuk mempengaruhi perasaan seseorang. Bunda tidak tahu banyak, Nanti kita sama-sama tanya Ustadz ya sayang.”
2. Bila tidak sempat dengan do’a yang panjang, ucapkan saja bismillah dan pasrahkan lisan kita kepada Allah.
3. Kuasai materi pembicaraan semaksimal mungkin. Kita tidak harus jadi pakar, tetapi tunjukkan kepada si Kecil bahwa Ayah dan Bundanya tahu tentang apa yang dibicarakan. Jadi, sebelum bicara dengan si Kecil tentang seks, sebaiknya orang tua membaca lebih dahulu.
4. Bersikap Amanah. Bila kita tidak tahu, katakanlah dengan jujur kepada si Kecil bahwa kita belum tahu. Anak juga perlu belajar bahwa Ayah dan Bundanya memang bisa dipercaya.
5. Seperlunya saja. Langsung berikan inti pembicaraan kepada si Kecil. Dengan demikian, kosentrasi dan daya tampung anak menagkap pembicaraan dapat maksimal.
6. Bicara dengan jelas. Gunakan bahasa dan kalimat sederhana yang disesuaikan dengan usia si kecil.
7. Hormatilah pandangan anak. Tanyakan pendapat kepada si Kecil. Dengarkan penjelasannya sampai selesai. Hanya karena dia jauh lebih kecil tidak berarti kita harus menuntutnya agar sama 100% dengan kita.
8. Ciptakan Kehangatan komunikasi dengan si Kecil pada berbagai kesempatan. Mengobrol ringan, membaca buku, bergurau dan main tebakan adalah sarana komunikasi terbaik dengan si Kecil agar biasa terbuka dan tidak takut membuka diri kepada orang tuanya.
Prinsip-prinsip berbicara dengan si Kecil dengan kejujuran dan amanah diperlukan setiap saat. Namun, harus diakui juga bahwa diperlukan persiapan khusus mengajak si Kecil berbicara tentang seks karena bukan merupakan topik yang ringan.
Beberapa tips yang dapat membantu Ayah Bunda, antara lain :
1. Tetap memulai pembicaraan dengan bismillah.
2. Sebelum berbicara, penting bagi Ayah Bunda untuk mengenal betul diri dan nilai-nilai yang Ayah Bunda pegang. Misalnya si Kecil bertanya “Darimana datangnya bayi, Bun?” Ayah Bunda dengan mudah mampu menjawab tetapi jangan dilupakan bahwa selama percakapan dengan si kecil, Ayah Bunda juga menyampaikan dengan tuntutan Islam dan ketaatan kepada Allah SWT. Sehingga si Kecil memahami bahwa anak adalah karunia Allah yang harus diminta dalam sebuah lembaga suci bernama pernikahan.
3. Ayah Bunda merasa canggung dan tidak enak berbicara tentang seks dengan si Kecil? Anak akan segera menyadari hal ini dan bukan tidak mungkin juga menyerap dan meniru kecanggungan Ayah Bundanya. Karena itu jauh lebih baik mengakui kepada si Kecil dan katakan “Sebenarnya Ayah Bunda agak canggung bicara tentang hal ini karena menyangkut masalah aurat yang biasa kita tutupi dan tidak dibicarakan secara terbuka. Tetapi Ayah Bunda ingin tetap bicara denganmu karena kamu perlu belajar dan Ayah Bunda juga perlu belajar.”
4. Ada orang yang merasa tidak yakin mereka perlu berbicara dengan si Kecil tentang seks karena belum waktunya ah. Sebenarnya, secara sederhana saja, kalau anak sudah bertanya maka itu artinya anak sudah siap menerima jawaban. Yang paling penting berikan informasi sesederhana dan secukupnya, namun tunjukkan kepada anak kesediaan Anda untuk menjawab semua pertanyaan sampai rasa ingin tahunya terpuaskan.
5. Tidak usah khawatir bahwa kalau anak berusia 4 tahun bertanya tentang seks maka dia akan tergoda “mencoba-coba.” Sebenarnya anak yang yang merasa harus menyembunyikan keingintahuannya yang justru lalu sembunyi-sembunyi bereksperimen dan “main dokter-dokteran.” Keterbukaan Ayah Bunda akan mengundang si Kecil juga untuk terbuka.
6. Gunakan istilah-istilah yang tepat. Ayah Bunda mengajar si Kecil mengenali berbagai bagian tubuh seperti telinga, mata dan hidung dengan nama yang sesungguhnya, maka lakukan juga saat mengajaknya berbicara tentang tubuh manusia dan seksualitas serta reproduksi. Katakan “penis” buka “burung” atau “titit.” Sebut “vagina” jangan itunya adik. Katakan “payudara” bukan “nenen.” Semua ini membantu anak memahami bahwa meski memang itu semua aurat tapi bukanlah misteri yang tak boleh dikenali dan dipelajari.
7. Jangan tertawakan anak. Ayah Bunda mungkin merasa canggung dan salah tingkah sehingga sulit menahan tawa atau memang kita menganggapnya lucu. Namun tawa kita bisa menyebabkan anak merasa direndahkan dan menjadi enggan berbicara. Kalaupun tawa kita tersembur, jujurlah dan katakan pada si Kecil bahwa kita tidak bisa menahan tawa karena merasa canggung dan tidak biasa berbicara terbuka tentang aurat kita. Mini, misalnya pernah bertanya “Bun, kapan aku bisa beli beha menyusui?” di depan banyak orang di sebuah toko besar. Si pramuniaga dan pembeli lainnya tertawa geli, tetapi kita menahan diri dan mengatakan pada si Keci agar bersabar beberapa tahun lagi sampai dia dewasa., tumbuh payudara, kemudian menikah dan melahirkan anak sehingga bisa memakai beha khusus untuk orang menyusui.
8. Percakapan dengan anak pra-sekolah.
“Darimana datangnya bayi?”
“Bayi tumbuh besar di dalam rahim Bunda mereka sampai siap dilahirkan.”
“Di sebelah mana perutnya Bunda?”
“Ada tempat khusus, namanya rahim atau uterus.”
“Kok bisa masuk situ?”
“Ada sperma yang sangat kecil yang berasal dari tubuh seorang Ayah masuk ke dalam tubuh Bunda dan bertemu dengan sebuah telur kecil sekali disana. Lalu sperma dan telur kecil ini bergabung dan menjadikan seorang bayi kecil. Kalau nanti sudah agak besar, bayinya lahir.”
9. Percakapan dengan anak usia sekolah.
“Bagaimana caranya bayi keluar?”
“Lewat sebuah bukaan khusus diantara kedua kaki Bunda. Namanya vagina. Biasanya kepala bayi lebih dulu keluar.”
10. Jangan menunda-nunda, biasakan menjawab segera. Jangan hanya menunggu kita sendiri untuk siap menyal menjawab. Bisa jadi saat kita siap untuk menjawab tapisi Kecil sudah tidak berminat atau sudah mendapat informasi-informasi yang mungkin keliru dari sumber lain.
11. Bersiaplah, mungkin Ayah Bunda harus sering mengulang-ulang penjelasan Anda. Anak mempelajari seksualitas secara perlahan dan bertahap sampai mereka cukup matang untuk mengolah potongan demi potongan pengetahuan yang diperolehnya dari Ayah Bundaya. Ikutlah berkembang bersama si Kecil. Pendidikan mengenai seksualitas dan reproduksi adalah proses belajar yang panjang, karena tidak bisa dipisahkan dari pendidikan keimanan.
12. Kuasai pula sumber-sumber informasi yang diperoleh si Kecil sehingga kita mampu memberikan penegetahuan yang unggul dan berkualitas. Tidak sedikit anak yang memperoleh potongan-potongan informmasi tentang seksualitas dari televisi, misalnya kemudian membentuk konsep yang keliru. Pelajari apa yang anak-anak peroleh daari sumber-sumber seperti iitu, lalu siapkan informasi yang jauh lebih bermutu untuk disampaikan kepada si Kecil.
Dikutip dan disadur dari majalah Alia
Komentar
Posting Komentar