Senyum Si Bayi Kembar dan Ibu
Bulan Janari 2012 adalah hidup yang begitu hidup.
Ketika kakak perempuanku melahirkan anak kembar namun prematur.
Beitu bahagia dan haru waktu kami adalah orang-orang pilihan Allah yang dipercayakan untuk meningkatkan iman dan taqwa.
Ketika malam sesudah shalat Isya' ku ditelpon oleh kakakku, begitu kagetnya ku.
"Mbak sudah melahirkan anak kembar namun prematur dan tolong bapak membantu kami yang sedang butuh uang" Telopon langsung kuberikan kepada tulang punggung keluarga kami. Bapak menjawab "Kenapa?" Suami kakak ku yang jelas kurasa sedang menahan air mata itu menjawab "bayi perlu dirawat diruang NICU yang membutuhkan biaya 3 juta sehari dan harus DP 6 juta untuk satu bayi jika bayi ingin dirawat di RS. Biaya kakak perempuan ku juga 5 juta" Sontak raut muka seorang yang ku kenal tegar itu pun meneteskan air mata.
Begitu sedih melihatnya.Tenanglah bayi kembar kata ku dalam hati.
Alhamdulillah ku ucapkan karena kakak perempuan ku sehat dan si kembar juga sehat walapun lahir prematur. Ku tidak bisa membayangkan jika salah satunya tidak sehat.
Pagi itu pun ku mengantarkan ibu pergi ke Jakarta. Tangis yang ku pendam itu begitu membuat kepala ini pusing di perjalanan. Semalam perjalanan begitu terasa luaamaa.
Sesampai di gubuk mungil sontak ibu dan kakak ku berpelukan dan berlinang air mata.
Bagaiman tidak, tiga juta sehari untuk perawatan bayi begitu berat bagi keluarga kami. Padahal ku tanya salah seorang teman ku waktu itu, bayi dengan berat badan 1 kg perlu di ruang inkubator kurang lebih selama 2 bulan. Subhanallah... Adakah rejeki itu untuk kami???
Setiap hari pihak RS di Jl. Raya Bogor itu menelpon keluarga kami. Ya... Menebus obat buat si kembar dan menambah uang DP yang harus ditambah setiap hari. Selama kurang lebih seminggu begitu terus. Hingga suatu saat di hari ke sepuluh itu ku dan suami kakak perempuan ku menemui sosok perempuan di billing. Kami meminta keringanan biaya RS tapi apa kata dari poihak billing "Kalau awal sudah bayar dengan uang cash, maka kami tidak melayani Jamkesmas atau Jamkesos." Kami pun tak tinggal diam, kami menanyakan perihal tentang Jampersal tapi apalagi kata dari pihak billing??? "Saya kurang tau" Masa to wong Indonesia ora reti Jampersal, bagian Rumasakit lagi. Sabar....Semangat...Lanjutkan perjuangan kata ku kepada sosok ayah si kembar waktu itu.
Setiap ditelepon pihak RS untuk menebus obat waktu itu, aku selalu datang ke RS itu.
Sebelum melangkahkan kaki selalu ku lakukan sujud waktu duha, memohon rejeki semoga ada jalan. "Jika Engkau percayakan si kembar untuk kami jadikan anak yang sholehah, berikan kami jalan Ya Allah. Kuatkan kami dan tetapkan istiqimah ini." Tak terasa berlinang air mata ini sebelum ku salami tangan ibu ku untuk pamit ke RS.
Sudah hampir 2 minggu si kembar belum menunjukkan perkembangan. Ketika ku jenguk di ruang inkubator itu, betapa ku mendengar jeritan si kembar berteriak "Mana ibuku???? Kami ingin segera keluar dari ruang ini." Ketika ku memasuki lif untuk pulang begitu ingin ku teteskan air mata tapi ku tahan untuk senyum si kembar.
Sepuluh hari di Jakarta dan si kembar masih di RS. Semoga kalian baik-baik saya.
Tak terasa menetes air mata ini.
"Bagaiman kabar kembar?" pertanyaan bapak kepada ku. "Baik, doa kan pak jangan lupa." jawaban ku kepada bapak yang sendirian di rumah karena ku dan ibu pergi ke Jakarta.
Ku sedih baget ketika bapak menyuruhku kembali ke Jogja karena bapak repot. Bingung rasanya apa yang harus ku ceritakan kepada bapak di rumah karena belum ada kabar baik. Sementara mas ku masih sibuk mencari uang dan mencari bantuan agar mendapat keringanan biaya.
Pagi itu ke injakkan kaki ku kembali ke kota Jogja. Setelah sampai di rumah tepatnya kurang lebih jam 10 WIB ku mendapat SMS dari suami kakak perempuan ku bahwa Dinas Kesehatan memberikan bantuan dengan Jampersal. Bantuan itu diberikan selama 30 hari. Si kembar sudah ada di RS 12 hari jadi tinggal 18 hari pihak Dinkes memberikan bantuan. Namun pihak RS tidak mau mengembalikan uang yang sudah masuk ke RS. Ya mungkin pihak RS tidak mau rugi, pikiran ku saat itu. Kenapa ce pihak RS selalu begitu.????
Sontak ku sujudkan diri ini kepada Allah, mengucapkan rasa syukur dengan berlinang air mata. Engkau menjawab doa kami Ya Allah....
18 hari biaya si kembar di tanggung oleh Dinas.
Perjalanan si kembar pun masih berlanjut. Setelah 18 hari berikutnya, kami meminta pihak Dinkes untuk mengajukan perpanjangan bantuan, namun pihak RS tidak mau. Kenapa lagi ce RS begitu lagi??? Maunya cash mulu???? Kenapa ndak mau menyetujui bantuan itu lagi??? kesal ku dalam hati. Sehari sebelum habis bantuan dari Dinkes, si kembar malah HB nya turun. Keluarga kami ditelepon oleh pihak RS, betapa kaget kami sekeluarga. Ibu ku menangis haru. Alhamdulillah pas si kembar mau dijemput pulang kondisinya sudah membaik. Begitu besar keagungan Allah SWT. Sungguh keajaiban. Bayi dengan berat 1,2 kg pun dibawa pulang. Sampai di rumah ditempatkan disebuah box lampu hasil rekayasa seorang Ayah yang berjuang untuk kedua putri kembar.
Perawatan untuk si kembar terus berlangsung, selama seminggu sekali si kembar harus cek ke RS untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan mata dan lain sebagainya. Kata dokter bayi prematur itu rentan mata nya. Allah begitu pemurah. Mata indah si kembar Alhamdulillah baik dan sehat.
Kakak perempuan dan suaminya dan ibu ku tentu sabar dan dengan penuh kasih sayang merawat si kembar yang lahir masing-masing mempunyai berat badan 1 kg tersebut. Ketika ku menulis cerita ini, si kembar sudah mempunyai berat badan 4kg masing-masing bayi dengan umur 5 bln. Si kembar sehat dan sangat lucu-lucu.
Terima Kasih ya Allah Engkau mempercayakan kami untuk merawat si kembar Annisa dan Qonita. Semoga Senyum itu selalu hadir kepada kembar cantik.
Semoga menjadi anak yang sholehah. Amin
"Allah selalu memberikan jalan kepada semua hamba-Nya yang dikehendaki"
Ketika kakak perempuanku melahirkan anak kembar namun prematur.
Beitu bahagia dan haru waktu kami adalah orang-orang pilihan Allah yang dipercayakan untuk meningkatkan iman dan taqwa.
Ketika malam sesudah shalat Isya' ku ditelpon oleh kakakku, begitu kagetnya ku.
"Mbak sudah melahirkan anak kembar namun prematur dan tolong bapak membantu kami yang sedang butuh uang" Telopon langsung kuberikan kepada tulang punggung keluarga kami. Bapak menjawab "Kenapa?" Suami kakak ku yang jelas kurasa sedang menahan air mata itu menjawab "bayi perlu dirawat diruang NICU yang membutuhkan biaya 3 juta sehari dan harus DP 6 juta untuk satu bayi jika bayi ingin dirawat di RS. Biaya kakak perempuan ku juga 5 juta" Sontak raut muka seorang yang ku kenal tegar itu pun meneteskan air mata.
Begitu sedih melihatnya.Tenanglah bayi kembar kata ku dalam hati.
Alhamdulillah ku ucapkan karena kakak perempuan ku sehat dan si kembar juga sehat walapun lahir prematur. Ku tidak bisa membayangkan jika salah satunya tidak sehat.
Pagi itu pun ku mengantarkan ibu pergi ke Jakarta. Tangis yang ku pendam itu begitu membuat kepala ini pusing di perjalanan. Semalam perjalanan begitu terasa luaamaa.
Sesampai di gubuk mungil sontak ibu dan kakak ku berpelukan dan berlinang air mata.
Bagaiman tidak, tiga juta sehari untuk perawatan bayi begitu berat bagi keluarga kami. Padahal ku tanya salah seorang teman ku waktu itu, bayi dengan berat badan 1 kg perlu di ruang inkubator kurang lebih selama 2 bulan. Subhanallah... Adakah rejeki itu untuk kami???
Setiap hari pihak RS di Jl. Raya Bogor itu menelpon keluarga kami. Ya... Menebus obat buat si kembar dan menambah uang DP yang harus ditambah setiap hari. Selama kurang lebih seminggu begitu terus. Hingga suatu saat di hari ke sepuluh itu ku dan suami kakak perempuan ku menemui sosok perempuan di billing. Kami meminta keringanan biaya RS tapi apa kata dari poihak billing "Kalau awal sudah bayar dengan uang cash, maka kami tidak melayani Jamkesmas atau Jamkesos." Kami pun tak tinggal diam, kami menanyakan perihal tentang Jampersal tapi apalagi kata dari pihak billing??? "Saya kurang tau" Masa to wong Indonesia ora reti Jampersal, bagian Rumasakit lagi. Sabar....Semangat...Lanjutkan perjuangan kata ku kepada sosok ayah si kembar waktu itu.
Setiap ditelepon pihak RS untuk menebus obat waktu itu, aku selalu datang ke RS itu.
Sebelum melangkahkan kaki selalu ku lakukan sujud waktu duha, memohon rejeki semoga ada jalan. "Jika Engkau percayakan si kembar untuk kami jadikan anak yang sholehah, berikan kami jalan Ya Allah. Kuatkan kami dan tetapkan istiqimah ini." Tak terasa berlinang air mata ini sebelum ku salami tangan ibu ku untuk pamit ke RS.
Sudah hampir 2 minggu si kembar belum menunjukkan perkembangan. Ketika ku jenguk di ruang inkubator itu, betapa ku mendengar jeritan si kembar berteriak "Mana ibuku???? Kami ingin segera keluar dari ruang ini." Ketika ku memasuki lif untuk pulang begitu ingin ku teteskan air mata tapi ku tahan untuk senyum si kembar.
Sepuluh hari di Jakarta dan si kembar masih di RS. Semoga kalian baik-baik saya.
Tak terasa menetes air mata ini.
"Bagaiman kabar kembar?" pertanyaan bapak kepada ku. "Baik, doa kan pak jangan lupa." jawaban ku kepada bapak yang sendirian di rumah karena ku dan ibu pergi ke Jakarta.
Ku sedih baget ketika bapak menyuruhku kembali ke Jogja karena bapak repot. Bingung rasanya apa yang harus ku ceritakan kepada bapak di rumah karena belum ada kabar baik. Sementara mas ku masih sibuk mencari uang dan mencari bantuan agar mendapat keringanan biaya.
Pagi itu ke injakkan kaki ku kembali ke kota Jogja. Setelah sampai di rumah tepatnya kurang lebih jam 10 WIB ku mendapat SMS dari suami kakak perempuan ku bahwa Dinas Kesehatan memberikan bantuan dengan Jampersal. Bantuan itu diberikan selama 30 hari. Si kembar sudah ada di RS 12 hari jadi tinggal 18 hari pihak Dinkes memberikan bantuan. Namun pihak RS tidak mau mengembalikan uang yang sudah masuk ke RS. Ya mungkin pihak RS tidak mau rugi, pikiran ku saat itu. Kenapa ce pihak RS selalu begitu.????
Sontak ku sujudkan diri ini kepada Allah, mengucapkan rasa syukur dengan berlinang air mata. Engkau menjawab doa kami Ya Allah....
18 hari biaya si kembar di tanggung oleh Dinas.
Perjalanan si kembar pun masih berlanjut. Setelah 18 hari berikutnya, kami meminta pihak Dinkes untuk mengajukan perpanjangan bantuan, namun pihak RS tidak mau. Kenapa lagi ce RS begitu lagi??? Maunya cash mulu???? Kenapa ndak mau menyetujui bantuan itu lagi??? kesal ku dalam hati. Sehari sebelum habis bantuan dari Dinkes, si kembar malah HB nya turun. Keluarga kami ditelepon oleh pihak RS, betapa kaget kami sekeluarga. Ibu ku menangis haru. Alhamdulillah pas si kembar mau dijemput pulang kondisinya sudah membaik. Begitu besar keagungan Allah SWT. Sungguh keajaiban. Bayi dengan berat 1,2 kg pun dibawa pulang. Sampai di rumah ditempatkan disebuah box lampu hasil rekayasa seorang Ayah yang berjuang untuk kedua putri kembar.
Perawatan untuk si kembar terus berlangsung, selama seminggu sekali si kembar harus cek ke RS untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan mata dan lain sebagainya. Kata dokter bayi prematur itu rentan mata nya. Allah begitu pemurah. Mata indah si kembar Alhamdulillah baik dan sehat.
Kakak perempuan dan suaminya dan ibu ku tentu sabar dan dengan penuh kasih sayang merawat si kembar yang lahir masing-masing mempunyai berat badan 1 kg tersebut. Ketika ku menulis cerita ini, si kembar sudah mempunyai berat badan 4kg masing-masing bayi dengan umur 5 bln. Si kembar sehat dan sangat lucu-lucu.
Terima Kasih ya Allah Engkau mempercayakan kami untuk merawat si kembar Annisa dan Qonita. Semoga Senyum itu selalu hadir kepada kembar cantik.
Semoga menjadi anak yang sholehah. Amin
"Allah selalu memberikan jalan kepada semua hamba-Nya yang dikehendaki"
Komentar
Posting Komentar